Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Berdoalah bagi diri sendiri setiap hari

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Januari 2013

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 6 Maret 1948


Allah telah mengaruniai kita masing-masing kemampuan untuk menyatakan kuasa ilahiNya dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi untuk dapat melakukan hal tersebut, kita harus memelihara kesadaran akan kesatuan kita dengan Allah, Budi abadi. Karena ketika kita menyadari keselalu-hadiran Allah—bahwa Dia lebih dekat dari pada atmosfir bumi atau sinar matahari—kita mulai membuktikan kesatuan rohaniah kita dengan Bapa ilahi. Tujuan  kita berdoa bagi diri sendiri setiap hari adalah untuk mencapai  dan memelihara peluhuran serta kejernihan mental seperti itu. "Kita hanya perlu memelihara pemahaman yang ilmiah dan positif akan kesatuan kita dengan sumber ilahi kita,” demikian tulis Mary Baker Eddy di Pulpit and Press (hlm. 4), "dan membuktikan hal ini setiap hari.”

Seorang guru pernah mengatakan kepada murid-muridnya untuk menjadikan pekerjaan mental sebagai kegiatan mereka yang pertama di pagi hari, sebelum bertemu dengan teman-teman atau khalayak ramai. Ditekankannya, bahwa hal ini akan memberi mereka keseimbangan rohaniah yang hanya dapat mereka peroleh dengan cara demikian. Dengan cara tersebut pikiran mereka akan diluhurkan kepada kesadaran akan kesatuan mereka dengan Roh, kesempurnaan wujud.

Persyaratan pertama untuk bisa berdoa bagi diri sendiri adalah membuangkan ketakutan dari pikiran kita. Ketakutan adalah musuh kemajuan. Ketakutan akan mulai menghilang ketika fakta bahwa semua kesejatian adalah Allah dan ideNya tertanam di dalam kesadaran kita. Seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen dapat mendukung kemajuannya dengan cara menyadari setiap hari, keunggulan manusia dalam mengatasi keuzuran, kecelakaan, penyakit, kematian, dan semua kesesatan. Dan penyangkalannya akan hal-hal tersebut harus disertai penegasan akan kesejatian rohaniah bahwa manusia bersifat rohaniah dan hidup di dalam Roh, Allah. Kita harus mengakui bahwa kesesatan yang terpendam tidak memiliki tempat di dalam kesadaran manusia, dan setiap saran jahat yang agresif yang berteriak minta didengar, harus dibungkam. Suatu penyangkalan yang bersifat umum  saja mengenai kesesatan tidaklah cukup. Penyangkalan terhadap tuntutan kesesatan harus bersifat spesifik, dan kebenaran rohaniah yang spesifik harus kita gunakan untuk meniadakannya dan memastikan kemajuan kita. Pemurnian pikiran secara sistematis seperti itu mendatangkan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.  

Budi Kristus, yang adalah kesadaran manusia yang sesungguhnya, dipelihara oleh Allah. Hal tersebut tidak dapat dikuasai oleh saran mental yang agresif. Di dalam Budi ini sedikit pun tidak ditemukan jejak saran mental yang agresif yang hendak menakut-nakuti, membelokkan, mencegah, atau mengalangi kita untuk melakukan pekerjaan yang harus kita lakukan saat ini. Kewaspadaan yang terus menerus adalah harga yang harus kita bayarkan agar tempat tinggal mental kita terjaga dengan sepatutnya.

Dalam Buku Pedoman Gereja Induk, di bawah judul "Kewaspadaan untuk Menjalankan Kewajiban," Mary Baker Eddy berkata (Ps. VIII, Ay. 6), "Adalah kewajiban tiap-tiap anggota Gereja ini untuk setiap hari mempertahankan diri terhadap saran mental yang agresif, dan tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan atau melalaikan kewajibannya terhadap Allah, terhadap Pemimpinnya, dan terhadap umat manusia." Kewajiban kita terhadap Allah adalah untuk tidak menyembah ilah-ilah—hanya menyembah Allah yang esa dan tidak berhingga, yang adalah Asas, Hidup, Kebenaran, Kasih, Roh, Jiwa, Budi yang ilahi. Kewajiban kita terhadap Pemimpin kita, Ny. Eddy, adalah mematuhi ajarannya dengan saksama dan mengakui kedudukannya di dalam pergerakan Ilmupengetahuan Kristen, yang merupakan haknya yang sepatutnya.  Kewajiban kita terhadap umat manusia adalah mengasihi sesama kita sebagai gambar dan keserupaan Allah sendiri.

Kejahatan selalu tidak sejati. Kejahatan bukanlah manusia, karena manusia adalah ide Allah yang bersifat rohaniah dan sempurna. Kejahatan hanyalah suatu penanggpan palsu, kebalikan dari apa yang sejati. Oleh karena itu satu-satunya tempat untuk mengalahkan kesesatan adalah di dalam kesadaran; di dalam pikiran kita, bukan pikiran orang lain. Apa pun ketidakselarasan yang seakan kita hadapi, kita harus melihat ketidaksejatiannya di dalam pikiran kita. Hal itu tidak memiliki  kesejatian selain yang kita berikan kepadanya. Berdoa bagi diri sendiri merupakan cara kita memeranginya. Tujuan utamanya adalah menjernihkan pikiran kita dari semua konsep mengenai kehidupan yang tidak berasal dari Allah. Dalam proses penjernihan ini dengan sendirinya kita membantu sesama, karena pikiran yang baik, yang mencerminkan Allah, memberkati  semua yang disentuhnya. 

Jika kita tergoda untuk menganggap kesesatan orang lain sesuatu yang sejati, tanpa kita sadari kita bersekutu dengan pihak kesesatan. Kepercayaan tentang kesejatian kejahatan yang tidak kita tangani dengan tuntas dalam pikiran kita, dapat membuat kita cenderung menganggap bahwa kesesatan orang lain adalah keindividuilan orang tersebut.

Seseorang yang pernah disembuhkan melalui Ilmupengetahuan Kristen, tidak berhasil mendapatkan pemahaman yang jelas tentang Ilmupengetahuan Kristen dari pembelajarannya, dan sebagai akibatnya kemajuannya sangat lambat. Merasa tidak puas karena tidak mengalami kemajuan, dia minta nasehat seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Dia menceriterakan kepada penyembuh itu bahwa dia mempelajari Khotbah Pelajaran yang ada di Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristensetiap hari, membaca majalah-majalah Ilmupengetahuan Kristen, dan menghadiri kebaktian-kebaktian serta ceramah-ceramah Ilmupengetahuan Kristen. Penyembuh bertanya apakah dia berdoa bagi diri sendiri setiap hari, dan dia menjawab “Tidak.” Dia menganggap program pembelajarannya dapat menjangkau cukup jauh, sehingga berdoa bagi diri sendiri setiap hari tidaklah perlu.

Penyembuh itu menyarankan untuk mempelajari semua yang dikatakan Ny. Eddy tentang doa penyembuhan di berbagai karya tulisnya. Menjadi jelas baginya, bahwa masalah insani diatasi, artinya dijadikan nyata ketidaksejatiannya, melalui pekerjaan mental bagi diri sendiri, dan pekerjaan itu mencakup membebaskan pikiran kita dari jerat penanggapan kebendaan. Yang  sesungguhnya diperlukannya adalah suatu pemahaman yang mendasar tentang kesejatian rohaniah, Allah dengan ideNya, yang dapat digunakannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Untuk beberapa lama, penyembuh itu membantu meningkatkan pemahaman orang itu melalui pembelajaran dan pekerjaan mental yang cerdas, dan pada saatnya orang itu tidak hanya dapat menyembuhkan  dirinya sendiri, tetapi orang lain juga.

Jika kita hendak memperoleh keselamatan yang seutuhnya dari dosa, penyakit, dan maut, kita harus melihat secara mental ketidaksejatian dari apa yang disebut oleh penanggapan kebendaan sebagai pengalaman insani kita, dan menyadari bahwa satu-satunya sejarah kita yang sesungguhnya bersifat rohaniah. Manusia sudah tercipta sebagai pernyataan individual Budi ilahi. Sangatlah penting menyangkal setiap kesesatan atau dosa di dalam kehidupan insani kita dan dengan penuh pengertian menegaskan kebalikannya, yakni kehidupan rohaniah. Satu-satunya cara yang benar untuk menjalani hidup adalah menyatukan pikiran kita dengan Allah, berjalan dan berbicara denganNya. Maka Roh, Budi akan menghapuskan ketidakselarasan zat dan mendatangkan kesembuhan. Kemauan diri, pembenaran diri, dan mengasihi diri sendiri harus diatasi, karena semua itu merintangi kesembuhan. Semua itu menyembunyikan kesatuan kita dengan Allah.

Kristus Yesus adalah teladan kita dalam menyembuhkan dengan kuasa Roh. Dasar dari karya penyembuhannya adalah kesatuan manusia dengan Sang Bapa. Suatu ketika Yesus bersabda, “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri” (Yoh 5:30), dan pada lain kesempatan dia berkata, “Aku dan Bapa adalah satu,” (Yoh 10:30). Ny. Eddy menulis (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 361), "Sebagai setitik air satu dengan lautan, suatu sinar cahaya satu dengan matahari, demikian jugalah Allah dengan manusia, Bapa dengan anak, satu dalam wujud."

Diperlukan kerendahan hati yang besar untuk membuktikan kesatuan manusia dengan Allah. Tinggi hati dan kemauan diri tidak mempunyai tempat dalam pembuktian ini. Kesatuan dengan Sang Bapa hanya dicapai jika manusia fana membuangkan sifatnya yang kedagingan dan menyatakan sifat ilahi. Doa yang penuh pengertian bagi diri sendiri yang dipanjatkan setiap hari sangatlah penting dalam mencapai tujuan yang paling luhur dan berharga.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.