Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Anda dapat diperbaharui—saat ini juga!

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 16 Desember 2013

Aslinya diterbitkan di edisi 31 Desember 2012 majalah Christian Science Sentinel


Sebagai petani anggrek, saya menyukai pagi hari saat saya mengurus anggrek saya dengan penuh kasih. Setiap hari tanaman-tanaman itu menampilkan tunas baru, daun baru dan bunga-bunga baru yang indah. Bagi saya, tanda-tanda ini bagaikan hari yang baru, yang membawa sinar pertumbuhan rohaniah bagi setiap orang di antara kita.

Kita tidak seperti tanaman; jadi bagaimanakah kita tumbuh? Sementara penanggapan kebendaan mungkin mengatakan bahwa kita mengembangkan tubuh jasmaniah, yang kemudian menjadi tua dan hancur, Ilmupengetahuan Kristen menjadikan kita mampu membuktikan bahwa setiap hari pemahaman kita tentang Allah mengalami pertumbuhan baru. Kita adalah ide-ideNya.

Kita menjadikan semua baru melalui penyangkalan akan kepercayaan serta teori yang sudah usang, dan meningkatkan penerimaan kita mengenai apa yang telah diciptakan Allah sebagai diri kita. Pertumbuhan ini terjadi dalam kesadaran manakala kita memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai wujud kita yang sesungguhnya, yang mengembangkan bagi kita konsep mengenai Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna. Seperti dinyatakan Mary Baker Eddy: “Kesempurnaan adalah dasar kesejatian. Tanpa kesempurnaan, tidak ada sesuatu pun yang sepenuh-penuhnya sejati” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 353).

Menerima kesempurnaan sebagai dasar kehidupan membimbing kita menuju kesejatian wujud kita sebagai ide-ide rohaniah yang menjalani kebaharuan hidup. Pandangan yang rohaniah ini menyangkal penyakit, kecelakaan, maut, dan kemunduran. Dijadikannya jelas bahwa semua yang ada berasal dari Allah—dan bersifat rohaniah serta abadi.

Guru Sekolah Minggu saya dan saya mampu membuktikan hal ini ketika saya masih remaja. Ketika sedang hiking, saya mengalami cedera di kaki yang kemudian berkembang menjadi borok yang parah. Ibu saya dan saya berdoa mengenai hal tersebut, tetapi keadaan itu tidak segera membaik.

Waktu itu saya telah berhenti bersekolah dan memiliki pekerjaan tetap—hal yang lumrah di Australia di zaman itu—dan majikan saya melihat borok tersebut. Dia mengatakan saya harus pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

Dokter mengatakan bahwa borok tersebut telah mengenai tulang. Dia melanjutkan bahwa satu-satunya jalan adalah melakukan amputasi di bawah lutut. Menurutnya, jika disembuhkan dengan cara lain, borok itu akan muncul kembali.

Sebagai pemuda berumur 15 tahun, bayangan bahwa kaki saya harus diamputasi sungguh membuat saya ngeri!

Malam itu ibu menganjurkan untuk menelepon guru Sekolah Minggu saya, yang juga menjadi penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, dan menceriterakan keadaan saya. Kalimat pertama yang dikatakannya adalah “Diam! Tenanglah!” (lihat Markus 4:39). Penyembuh itu mengingatkan saya bahwa Kristus senantiasa bersama kita, dan bahwa saya harus berjaga dan berdoa untuk merasakan kehadiran Kristus. Hal ini menghapuskan ketakutan saya.

Melalui doa kami, dalam dua minggu borok di kaki saya sembuh sama sekali. Keadaan itu tidak pernah kambuh, dan sampai saat ini kaki saya masih utuh. Kesadaran saya yang semakin baik tentang diri saya sebagai ide Allah yang yang unik dan lengkap, mendatangkan perubahan pikiran yang mengangkat saya keluar dari kepercayaan bahwa suatu keadaan jasmani dapat mengancam kesehatan saya atau membuat saya kehilangan kaki.

Ny. Eddy menulis, “Metafisika menguraikan benda sebagai pikiran, dan mengganti obyek-obyek pancaindera dengan ide-ide Jiwa. (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 269). Pernyataan kita akan hidup senantiasa berkembang di dalam Budi yang tidak berhingga dan setiap hari kita dapat memperoleh pengertian rohaniah yang menunjukkan jati diri kita sebagai ide-ide Budi.

Penanggapan rohaniah kita mengenai tubuh sudah lengkap; tidak sesuatu pun yang bersifat kebendaan dapat ditambahkan pada atau dikurangkan dari penanggapan tersebut. Jadi, jika tak sesuatu pun yang bersifat kebenaan dapat ditambahkan pada penanggapan tersebut, kita memilki dasar untuk menyangkal kepercayaan palsu seperti rasa sakit, borok, hernia, kanker, dan katarak. Demikian pula tidak sesuatu pun dapat dikurangkan dari penanggapan tersebut, misalnya kekuatan, daya hidup, mobilitas, penglihatan, pendengaran, dan suka cita. Tidak ada kemunduran di dalam pertumbuhan rohaniah yang baru.

Mengapa? Ny. Eddy menjelaskan, “Penanggapan rohaniah adalah kesanggupan yang sadar dan tetap untuk memahami Allah” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 209). Melalui pengertian rohaniah kita yang semakin maju, kita tidak menjadi semakin tua, melainkan semakin diperbaharui. Kepercayaan-kepercayaan fana mungkin mencoba mengalihkan perhatian kita agar tidak melihat wujud rohaniah kita yang sejati, tetapi hal itu tidak akan pernah berhasil.

Penanggapan yang benar tentang hidup ada di dalam Budi, bukan di dalam tubuh yang kebendaan. Seperti dinyatakan Ny. Eddy, “Ilmupengetahuan, jika dipahami, menerjemahkan zat ke dalam Budi …” (Miscellaneous Writings 1883–1896, hlm. 25). Manakala kita menguraikan benda sebagai pikiran, kita tumbuh dalam kebaharuan kehidupan rohaniah. Dan semua dalam kesadaran kita diperbaharui.

Manusia hidup saat ini, sekarang juga dan selamanya, di dalam keabadian, bukan di masa lalu atau pun di masa depan, melainkan sekarang. Tumbuh terpisah dari pendapat fana yang tidak sejati tentang diri kita, kita akan menyadari keutuhan, kebahagiaan, dan kebaharuan kita yang dikaruniakan Allah.

Kebaharuan ini hanya merupakan titik awal. Dari situ kita dapat lebih mendalami hidup kita yang sebenarnya atau kesatuan kita dengan Allah. Yesus bersabda, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30). Sebagai ide Allah, kita pun satu dengan Sang Bapa, Roh. Kita memahami bahwa kita tidak lagi menjalani hidup yang terpisah dari Allah dalam penanggapan palsu akan tubuh yang fana.

Maka kita mulai benar-benar mengerti bahwa wujud kita bersifat rohaniah alih-alih kebendaan. Lalu kita akan memahami Ilmupengetahuan wujud, melihat manusia sebagai ide Allah, dan kebaharuan kita yang abadi di dalam ciptaanNya.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.