Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Berikan doa penyembuhan untuk diri sendiri

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Mei 2013

Aslinya diterbitkan di edisi 11 Maret 2013 majalah Christian Science Sentinel


Ketika saya baru mengenal Ilmupengetahuan Kristen, saya bingung dengan apa yang menurut saya seperti sesuatu yang bertentangan dalam tulisan Mary Baker Eddy mengenai kapan kita dapat memberikan doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, Ny. Eddy menyampaikan kepada kita penemuannya mengenai cara penyembuhan. Ny. Eddy mendorong, menunjukkan jalan, dan menyarankan kepada kita untuk mengikuti teladan Yesus, termasuk perintah Yesus untuk menyembuhkan orang sakit (baca, misalnya, Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 37). Tetapi, dalam sebuah artikel yang berjudul “Obtrusive Mental Healing (Penyembuhan Mental yang Tidak Diinginkan)” di buku Miscellaneous Writings 1883—1896, Ny. Eddy mengatakan, “Pertanyaan berikut akan muncul: “Apakah kita boleh memberi doa penyembuhan secara mental kepada orang lain tanpa sepengetahuan atau izin mereka?” dan Ny. Eddy melanjutkan, “Aturan utama dalam mempraktekkan Ilmupengetahuan Kristen adalah Aturan Kencana, ‘Apa yang engkau inginkan orang lain berbuat kepadamu, itulah yang engkau lakukan.’ Siapa di antara kita yang ingin rumah kita dijarah atau gembok kita dicungkil? Lebih-lebih lagi, kita tidak ingin budi kita direcoki” (hlm. 282).   

Meskipun saya dapat memahami kearifan untuk tidak merecoki budi orang lain, saya hanya tidak dapat memahami bagaimana suatu doa penyembuhan metafisika dapat dilakukan tanpa memasuki pikiran orang lain. Seringkali masalah yang memerlukan penyembuhan menyangkut lebih dari satu orang—atau terkadang masalahnya seakan sepenuhnya dialami orang lain. Apakah ini berarti saya harus mendapat izin mereka untuk memberikan doa penyembuhan metafisika saat melihat suatu masalah? Dan jika orang itu tidak memberikan izin, apakah ini berarti masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan Ilmupengetahuan Kristen? Jika demikian, bukankah itu artinya membatasi Allah? 

Seperti biasanya, Allah memberikan jawaban yang dapat saya mengerti. Kejadiannya seperti ini. 

Saya bekerja sebagai guru pengganti di sebuah sekolah negeri. Pada suatu hari saya mendapat telepon untuk menggantikan guru matematika tingkat SMP selama dua hari. Semua berjalan lancar sampai pada jam pelajaran kelima di hari pertama. Ketika para murid masuk kelas, saya melihat ada sebuah kelainan berupa daging tumbuh yang tidak sedap dipandang di salah satu mata seorang anak laki-laki yang kelihatannya badung. Kelainan tersebut terlihat sangat mencolok sekali, sampai-sampai saya merasa sulit menatapnya. Tentu saja murid-murid yang lain dapat merasakan kegelisahan saya, dan mulai membuat olok-olok yang kasar dan menyakitkan tentang hal tersebut selama pelajaran berlangsung. Saya berusaha mengatakan bahwa hal itu tidak baik, tetapi anak yang bersangkutan malah mengatakan bahwa dia tidak peduli, dan ikut tertawa sama kerasnya dengan teman-temannya yang lain. 

Sore itu saya pulang merasa stres dan terganggu. Saya bahkan berpikir untuk minta kepada Kepala Sekolah agar mencari guru pengganti yang lain untuk hari berikutnya. Lalu saya sadar bahwa saya harus memberikan doa penyembuhan metafisika bagi diri sendiri. Keadaan tersebut telah berusaha merampas kedamaian serta suka cita saya, dan pekerjaan yang merupakan hak saya. Maka saya mulai berpaling kepada kebenaran bahwa Allah menciptakan saya sebagai gambar dan keserupaanNya, dan bahwa merasa terganggu atau khawatir bukanlah bagian dari rencanaNya bagi saya. Saat berdoa, saya merasa tenang, dan tahu bahwa keesokan harinya saya akan mampu untuk datang dan mengajar.  

Sore itu saya merasa siap untuk melanjutkan kegiatan saya ketika datang pikiran yang mencemooh: “Wah, anda telah memberikan doa penyembuhan yang bagus bagi diri sendiri—tetapi apa yang akan anda lakukan besok saat anda melihat anak dengan daging tumbuh di matanya itu?” 

Serta-merta, dengan kuat datang pikiran malaikat ini: “Saya tidak dapat melihatnya karena Allah tidak dapat melihatnya. Tidak masalah jika seluruh dunia merasa melihatnya; saya tidak dapat melihatnya karena hal itu tidak ada.” 

Keesokan harinya, anak itu tidak masuk dan saya pikir itulah cara Allah mengatasi masalah tersebut (agar saya tidak perlu melihat atau memikirkan daging tumbuh di mata anak itu). Tetapi saya tidak sadar berapa sempurnanya Allah telah mengatasi masalah tersebut, sampai sekitar dua minggu kemudian. Saya mendapat telepon lagi untuk mengajar selama satu minggu, kali ini menggantikan guru bahasa Spanyol. Pada hari pertama, tepat sebelum jam pelajaran yang ketiga, seorang pemuda masuk ke kelas dan berdiri di sebelah meja guru. Saya tersenyum dan menyapanya. 

Biasanya murid akan langsung menuju bangkunya. Tetapi anak itu tetap berdiri di situ, seakan mengharapkan saya mengatakan sesuatu kepadanya. Saya memandangnya, tetapi rasanya saya tidak mengenalnya. Bel sudah hampir berbunyi, oleh karena itu saya bertanya kepadanya, “Ada yang bisa saya bantu?” 

Anak itu menjawab, “Ibu tidak mengenal saya?” Saya memandangnya lagi lalu sambil menggelengkan kepala mengatakan, “tidak.” 

Kemudian dia mulai memberikan beberapa petunjuk: “Oh, Ibu pasti tahu. Saya ada di kelas ketika Ibu mengajar matematika pada jam ke-lima hari itu, dan kami sangat gaduh.” Saya mengatakan: “Saya ingat kelas itu, tetapi saya tidak ingat anda. Anda pasti salah satu murid yang pendiam.” 

Anak itu membelalakkan matanya dan berkata, “Saya anak yang ada daging tumbuh di matanya.”  

Mula-mula saya berpikir: “Dia berusaha membohongi saya. Ini bukan anak yang sama.” Tetapi ketika melihat matanya, saya lihat ada bekas luka yang tipis, di tempat yang sebelumnya ada daging tumbuh. Saya berkata dengan terbata-bata, “Apa yang terjadi?” 

Dia berkata, “Ibu ingat kan, bahwa keesokan harinya saya tidak masuk.” 

“Ya, saya ingat,” kata saya. 

“Nah,” lanjutnya, “malam sebelumnya, daging tumbuh itu mulai mengeluarkan cairan dan mengempis. Jadi keesokan harinya saya ke dokter untuk memastikan bahwa semuanya baik. Saat itu, daging tumbuh itu sudah tidak ada dan dokter berkata bahwa semuanya baik.” Kemudian anak itu berkata bahwa sebelumnya dokter itu menyatakan kepadanya bahwa tidak ada yang bisa dilakukannya, dan bahwa anak itu harus menerima saja keadaan tersebut. Anak itu juga mengatakan betapa senang hatinya karena daging tumbuh itu sudah tidak ada.

Selama minggu itu anak tersebut sangat memperhatikan pelajaran yang saya diberikan. Bahkan jika ada temannya yang mulai membuat gaduh, dia akan menengok, memandangnya dan berkata: “Jangan ribut. Saya ingin mendengarkan apa yang dikatakan ibu guru.” 

Tentu saja saya sangat bersuka cita dan bersyukur kepada Allah untuk kesembuhan yang saya alami dan dialami anak itu. Tetapi yang terutama, saya bersyukur kepada Allah yang telah menunjukkan, bahwa yang saya pikir sebagai hal yang bertentangan di dalam tulisan Ny. Eddy, sebenarnya tidaklah demikian. Saya bersyukur telah lebih memahami kapan, bagaimana, dan untuk siapa kita dapat memberikan doa penyembuhan. Saya sama sekali tidak memberikan doa penyembuhan untuk anak itu—doa penyembuhan tersebut adalah untuk diri saya sendiri. Apa pun yang ada dalam pikiran anak itu, saya perlu melihat kebaikan Allah. Saya perlu merasa damai dan memiliki kuasa atas keadaan saya, dan itulah yang saya rasakan. Allah mengajarkan kepada saya dengan cara yang tidak pernah akan saya lupakan, yang memberkati baik diri saya sendiri maupun murid itu. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.