Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kanker usus disembuhkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Januari 2013

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 6 Agustus 2012


Tiga tahun yang lalu saya mendapat kesulitan saat makan. Saya tidak dapat menelan beberapa jenis makanan, terutama yang digoreng, dan selama beberapa hari merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Saya mulai berdoa mengenai keadaan tersebut, tetapi ketika adik saya minta agar saya pergi ke dokter, saya pikir itu merupakan suatu tindakan yang bijak. Saya menjalani pemotretan dengan sinar-X, dan dokter mengatakan bahwa saya menderita kanker usus. Ketika saya mengatakan bahwa saya sedang menangani keadaan itu melalui doa dan memilih untuk tidak minum obat, dokter itu memaparkan berbagai prediksi yang buruk mengenai apa yang akan terjadi pada diri saya.  

Saya sadar bahwa diagnose dokter itu bukanlah gambaran yang sebenarnya dan dapat dilihat dan dipahami sebagai ketidaksesuatuan. Selagi saya terus berdoa, saya membaca kisah tentang sida-sida yang minta dipabptis oleh Filipus (lihat Kisah 8:26–39). Setelah membaptis, “roh Tuhan melarikannya” dan sida-sida itu tidak melihat Filipus lagi. Demikianlah, pikiran saya akan dibaptis oleh Kristus, yang oleh Mary Baker Eddy dijelaskan sebagai “ide yang benar akan Allah” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm.316). Saat ini terjadi, saya tahu bahwa pemahaman saya, akan “tidak ternoda atau terikat oleh hipotesa insani” seperti Palajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen (Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen). Setiap orang di antara kita diberi wewenang oleh Allah untuk menjadi diri kita sendiri—untuk menjadi penyembuh.

Saat berdoa, saya sadar bahwa tidak sesuatu pun dapat membatasi atau menyembunyikan pekerjaan penyembuhan yang yang dilakukan Allah—dan bahwa doa kita tak dapat tiada memberikan efek yang menyembuhkan bagi diri kita sendiri dan sesama. Saya berdoa untuk mengetahui apa yang dikehendaki Allah untuk saya lakukan, dan kata-kata ini datang dalam pikiran saya: “Menjadi penyembuh adalah pilihanmu dan apa yang kamu nyatakan, adalah keputusanmu dan karena kasihmu terhadap pekerjaan penyembuhan. Setiap pikiran yang menyatakan bahwa engkau menjadi korban atau tidak terlindung tidak pernah merupakan kesadaranmu. Kepercayaan apa pun yang menyalahkan, tidak ada hubungannya dengan dirimu, dan engkau memiliki kemampuan yang luar biasa yang dikaruniakan Allah untuk menyembuhkan dan bergerak maju.”

Semakin tekun saya berdoa, semakin saya menyadari bahwa saya tidak berada di jajaran suara kesesatan melainkan senantiasa bersatu dengan Allah, Budi saya, Hidup saya, Jiwa saya yang sempurna. Kesesatan tidak memiliki sebab dan akibat. Kesesatan hanyalah sebuah mimpi, seperti gambar pada layar TV. Kesesatan bukan bagian dari diri saya karena saya adalah gambar dan keserupaan sempurna Allah. Seperti sabda Yesus, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30).

Terlintas dalam pikiran saya, bahwa orang Kristen yang mula-mula saat saling menyapa tidak mengatakan “Halo”; mereka mengatakan “Dia telah bangkit,” dan merujuk kepada kebangkitan Yesus dari kubur (lihat Lukas 24:34). Itulah yang kita miliki sekarang ini—keadaan pikiran yang dibangkitkan, kesadaran yang dibangkitkan. Setiap hari  pikiran kita diaduk dan mengalami proses peragian (proses di mana konsep-konsep yang palsu tentang diri kita sendiri muncul ke permukaan kesadaran kita untuk dihapuskan, sebagaimana dijelaskan pada halaman 401 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan), dan mengalami kesembuhan. Sebagaimana ditulis  Mary Baker Eddy, “Apabila kita belajar mengetahui jalan dalam Ilmupengetahuan Kristen dan mengakui, bahwa wujud manusia adalah rohaniah, maka kita akan melihat dan memahami ciptaan Allah — segala kemuliaan dunia dan surga dan manusia.” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, p. 264).

Yang diprakarsai Kasih ilahi sebagai ide yang murni dan sempurna, ditunjang, dilindungi dan dipelihara  oleh Asas. Pemikiran ini merupakan perisai yang kuat bagi saya, merupakan perlindungan saya. Saya menyadari bahwa kesesatan itu akan menonjolkan dirinya dan menyebut dirinya dengan nama yang dahsyat seperti kanker, tetapi saya dapat menghapusnya dari pikiran saya. Saya tidak takut bahwa keadaan itu akan bertahan atau hanya dapat disembuhkan dalam waktu yang lama, karena seperti ditulis Ny. Eddy: “… baik birokrasi maupun penghinaan tidaklah merintangi pekerjaan ilahi. Yesus tidak memerlukan peredaran waktu atau pikiran untuk menyiapkan kesanggupan akan mencapai kesempurnaan dan kemungkinannya. Ia bersabda, bahwa kerajaan surga sudah ada di sini, dan kerajaan itu terkandung dalam Budi; sedang kamu berkata: Empat bulan lagi musim menuai, maka aku berkata: Lihatlah, angkat kepalamu, jangan menekur, karena sekarang hasil ladangmu sudah masak semuanya, telah baik dituai; dan kumpulkanlah hasil itu dengan cara yang mental, tidak dengan cara yang kebendaan”  (Unity of Good—Kesatuan Kebaikan, hlm. 11–12).  Sungguh pemikiran yang meyakinkan! Saya menyadari bahwa pengalaman saya senantiasa “telah baik dituai,” dan tidak peduli keadaan yang saya alami, saya dapat mengatasinya karena keadaan itu tidak memiliki kuasa. Satu-satunya kuasa adalah milik Allah, yang senantiasa mengenal saya. Sebagai ide Allah, saya tidak pernah dapat ternoda.

Dalam jangka waktu beberapa minggu rasa sakit itu hilang dan saya dapat makan secara normal, termasuk makanan yang digoreng. Dan pada waktu kembali ke dokter untuk menjalani pemotretan sinar-X, dokter itu menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda penyakit kanker. Kemudian dokter itu mengatakan kepada saya bahwa itu adalah salah satu kasus termujur yang pernah ditanganinya. Saya mengatakan kepadanya bahwa itu bukan kemujuran; bahwa Ilmupengetahuan Kristen adalah hukum Allah yang menyembuhkan semua penyakit.

Kata-kata dari Injil Yohanes berikut ini menyatakan semua itu dengan sempurna: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. . . . Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (1:1, 4). Saya adalah ide rohaniah, murni dan sempurna, dan sesungguhnya tidak ada pada diri saya yang harus disembuhkan—selain pemahaman yang keliru tentang manusia ciptaan Allah. Saya menyaksikan kemenangan Kebenaran. Sekarang saya bebas. Puji syukur bagi Allah dan kepada Mary Baker Eddy yang telah memberikan Ilmupengetahuan Kristen kepada dunia.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.