Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Percaya pada laporan yang benar

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Maret 2012


Kisah tentang nabi Yunus bagi banyak orang menggambarkan pengalaman manusia fana ketika kejahatan mengepung mereka dari segala penjuru dan seakan tidak ada jalan keluarnya. Dalam kisah itu tertulis (Yun 2:5), “Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku.”  Meskipun demikian, Yunus setidaknya pasti memiliki semacam keyakinan bahwa keadaannya yang tidak berpengharapan itu bukanlah sesuatu yang ada di luar dirinya sendiri, dari mana dia harus diselamatkan, melainkan suatu keadaan pikiran yang keliru yang perlu dibetulkan. Karena dalam doanya yang mengesankan, dengan sepenuh hati Yunus mengakui Allah dan kuasaNya untuk menyelamatkan (Yun 2:7-9): “Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!”

Hanya penanggapan kebendaanlah yang merasa letih lesu—merasa putus asa. Pada saat penanggapan kebendaan mengatakan bahwa kita kalah, kita, seperti Yunus, dapat mengingat kuasa Allah dan memanjatkan doa kepada Dia, yang selalu mendengar doa kita. Kita pun dapat membuang perasaan palsu bahwa kita kalah, berkecil hati, tidak mempunyai harapan, dan sebagainya, dan mengurbankan kepercayaan bahwa sifat-sifat tersebut sejati. Sekarang juga, kita dapat melihat keselamatan serta kesempurnaan yang tidak bercela dari ide-ide rohaniah Allah, yang tidak dapat dikaburkan oleh kesesatan, dan menolak untuk meninggalkan “Dia, yang mengasihi …dengan setia,” dengan tidak mengikuti atau menyetujui penalaran kesesatan yang palsu. Dengan teguh mempertahankan pendirian tersebut, kita akan menyaksikan, bahwa “Keselamatan adalah dari TUHAN!” Kita dapat melihat dan menerima, bukan apa yang menurut kesesatan tidak dapat dilakukan, tetapi apa yang menurut firman Allah telah dilakukanNya, dan apa yang sekarang juga dinyatakan manusia sebagai cerminan Allah. Tidak sesuatu pun dapat menghalangi kita untuk menolak laporan yang merugikan serta membuat kita berkecil hati.

Kita hanya perlu mendengarkan pesan-pesan malaikat Tuhan yang menyatakan fakta-fakta rohaniah yang senantiasa tersedia. “Tidak ada ucapan dan tidak ada bahasa, di mana suara mereka tidak terdengar” (Mzm 19:3, menurut versi King James). Tidak ada saat atau tempat di mana suaraNya, ucapan Kasih yang meniadakan ketakutan, dan suara Kebenaran yang menghapuskan kepalsuan, tidak terdengar. Dalam keadaan apa pun, Kristus, Kebenaran, hadir dengan pesannya yang menyelamatkan. Fakta rohaniah atau laporan yang benar tentang tempat tinggal, tubuh, bisnis, atau suplai, senantiasa tersedia untuk kita terima.

Para pelajar Ilmupengetahuan Kristen harus mengupayakan dan menghasilkan penyembuhan yang cepat. Sungguh menyenangkan melihat kemajuan yang cepat dan tetap yang dihasilkan melalui upaya yang tekun. Tetapi, jika kemajuan seakan tersendat meskipun kita sudah menyatakan kebenaran, penyembuhan tetap berlangsung meski mungkin gejalanya tidak menunjukkan hal itu. Seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen telah berjuang selama beberapa hari melawan gangguan yang menyakitkan, termasuk demam dan rasa lemas. Gejala dan ketidaknyamanan itu terasa sangat sejati baginya. Sore itu dia berjanji untuk mengakui fakta-fakta mengenai wujudnya yang rohaniah dan selaras. Meskipun gejalanya memburuk, dia mengatakan kepada penyembuh bahwa dia tidak menerima hal itu dan bahwa dia telah membuat kemajuan rohaniah yang nyata, dan bahwa sekarang dia mengendalikan pikirannya dan merasa yakin dapat membuktikannya. Nalurinya ternyata benar, karena malam itu dia mengalami kemajuan pesat dan keesokan harinya dia dapat bangun dan pergi ke kantor.

Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan bahwa apa yang disebut budi fana sebagai masalah bisnis atau keadaan tubuh yang tidak selaras sama sekali bersifat mental, pernyataan lahir dari suatu kepercayaan insani yang tidak mengetahui kebenaran. Ketika menjadi jelas, bahwa kita tidak berhadapan dengan suatu keadaan yang sejati yang perlu dirubah, melainkan hanya pikiran yang sesat—suatu laporan palsu yang perlu ditolak dan diganti dengan fakta yang rohaniah—kita tidak akan takut atau merasa ragu. Apa yang kelihatannya sejati, hanyalah demikian bagi kepercayaan sesat. Hal itu tidak merupakan suatu kesejatian bagi manusia keserupaan Allah dan dan sama sekali tidak pernah merupakan sesuatu yang sejati. Meskipun pasien kelihatannya sakit, penyakit itu bukan sesuatu fakta. Keperluan mereka yang sesungguhnya adalah disembuhkan dari kepercayaan bahwa manusia yang sejati sedang sakit atau dapat menjadi sakit. Sangatlah membantu untuk membuangkan pikiran bahwa kita ini manusia fana yang memerlukan penyembuhan. Sesungguhnya, yang perlu adalah memperbaiki pikiran—merubah kesadaran dari dasar yang kebendaan kepada dasar yang rohaniah. Kemajuan tidak dinilai dari apa yang disajikan zat, melainkan dari pemahaman serta pembuktian kita mengenai keakuan kita yang sejati dan tidak bercela dalam keserupaan Roh. Pemimpin kita, Mary Baker Eddy, bertanya (Miscellaneous Writings 1883-1896, hlm. 100), “Siapa yang ingat bahwa kesabaran, sifat suka memaafkan, iman yang teguh, dan kasih sayang, adalah  tanda-tanda yang digunakan Bapa kita untuk menunjukkan berbagai tahap penyembuhan manusia dari dosa, dan kedatangannya ke dalam Ilmupengetahuan?”

Pikiran yang diterangi Allah tidak pernah digelapkan atau dibingungkan oleh laporan palsu yang menyangkal keakuan manusia yang sempurna saat ini juga. Anggapan budi fana bahwa ide Allah menerima dan menanggapi saran-sarannya adalah sama sekali tidak benar. Ny. Eddy menulis (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 284): “Menurut Ilmupengetahuan Kristen, satu-satunya penanggapan yang sejati pada manusia adalah rohaniah; penanggapan itu adalah sinar pancaran Budi ilahi. Pikiran memancar dari Allah kepada manusia; akan tetapi tidak ada penanggapan atau pemberitahuan yang berasal dari tubuh kebendaan yang mencapai Budi. Dalam perhubungan di antara Allah dengan manusia, pikiran selalu datang dari Allah kepada ideNya, manusia.”

Magnetisme hewani tidak dapat memberikan laporan kepada manusia yang sejati. Ketika budi fana memberikan laporan tentang gejala penyakit, kegagalan, kekurangan, dan keterpisahan dari Allah, itu bukanlah laporan tentang keadaan yang benar-benar ada. Itu adalah pernyataan palsu yang tidak pernah muncul dalam Budi ilahi atau ide Budi yang cerdas, manusia, yang selamanya mengenal kesejatian. Laporan itu kelihatan sejati karena kita memberikan kesejatian kepada yang tidak sejati. Jika pancaindera jasmaniah memberitahu kita tentang apa yang sejati, Yesus tentulah salah karena telah meniadakan kesaksian pancaindera itu. Yesus tidak pernah menyetujui laporan pancaindera yang palsu, melainkan menyangkalnya dengan laporan yang benar tentang kesempurnaan manusia, yang selalu didengarnya dan diterimanya dari Sang Bapa.

Perbanyakan laporan yang palsu tidak menjadikan hal itu benar, sebagaimana sejuta orang yang percaya bahwa lima ditambah lima sama dengan sebelas tidak menjadikannya demikian. Banyaknya kepercayaan palsu tidak dapat merubah satu angka pun dalam matematika. Demikian pula penyakit, yang adalah tidak sejati, tidak sesaat pun bisa dijadikan sejati oleh mesmerisme. Kepercayaan hanya dapat menjadikannya seakan sejati. Demikian juga waktu tidak dapat membetulkan suatu kesalahan atau laporan palsu. Waktu tidak dapat membetulkan kesalahan dalam pembukuan meskipun buku itu disimpan selama sepuluh tahun.  Waktu yang berlalu juga tidak menjadikan kesalahan itu lebih sulit dibetulkan. Dalam kedua hal tersebut, kecerdasan akan membetulkan kesalahan itu. Demikian juga, masalah kekurangan yang terus-menerus atau penyakit yang menahun tidak lebih sulit disembuhkan karena lamanya masalah itu telah berlangsung.

Penyembuh Ilmupengetahuan Kristen tidak mempercayai laporan palsu tentang masalah yang membandel, penyakit, atau tidak adanya kemajuan. Laporan itu, karena palsu, tidak diketahui manusia dan tidak juga beredar di alam semesta Allah. Penyembuh mempercayai laporan yang disampaikan Budi ilahi. Dia tinggal dalam kesadaran bahwa Allah adalah semua, dan tidak terpengaruh oleh laporan palsu budi fana. Apa pun yang dinyatakan budi fana, penyembuh tetap percaya pada fakta rohaniah yang telah dinyatakan Allah kepadanya.

Nabi Yesaya menulis (Yes 43:25, 26): “Aku Allah yang menghapus dosamu, Aku mengampuni engkau karena begitulah sifat-Ku; Aku tidak mengingat-ingat dosamu. Ingatkanlah Aku, mari kita ke pengadilan, adukan perkaramu supaya nyata bahwa engkau benar” (Alkitab dalam bahasa Indonesia Masa Kini). Jika kebenaran tentang wujud manusia yang mulia diterima, hal itu akan menerangi kesadaran kita, sehingga perasaan bahwa dosa atau ketidakmampuan bisa menjadi bagian dari pengalaman kita, akan sirna. Allah tidak mempersatukan dosa dan penyakit dengan keturunanNya. Pikiran manusia tidak dapat mengingat atau mengetahui apa pun tentang manusia, ide rohaniah Allah, selain kemurnian yang tidak bernoda, kesehatan yang tidak bercela dan kesempurnaan yang tidak dapat cacat, yang terkandung dalam wujudnya sebagai anak Allah. Orang yang menyatakan dan mengamalkan kebenaran-kebenaran yang disampaikan Kasih, selamanya akan “ternyata benar,” dengan bukti yang menyertainya.

Manusia yang sejati tidak dapat beranjak dari kesempurnaan. Kesadarannya hanya mencakup ide-ide yang benar; oleh karena itu tidak mencakup konsep yang salah tentang tubuh, kesehatan, suplai, atau sukses. Dalam kesadarannya tidak ada kepercayaan sesat yang membandel, tidak ada sesuatu yang ingin melawan atau dapat melawan kebenaran. Manusia tidak memiliki kemampuan yang berasal dari Allah untuk menanggapi laporan budi fana tentang dosa dan penyakit, atau menyatakannya. Dia hanya mengetahui kebaikan.

Pikiran-pikiran Allah yang murni, malaikat-malaikatNya, langsung datang kepada manusia, yang bersatu dengan Allah. Pikiran-pikiran itu sajalah yang selamanya menggerakkan, mengilhami, dan mengendalikan manusia. Pikiran-pikiran tersebut menjadikan jelas sifat manusia yang sesungguhnya dan ilahi yang tidak dapat dipengaruhi kepercayaan jahat. Pikiran-pikiran tersebut menyatakan bahwa kesehatan manusia tidak bercela, setiap fungsi serta kegiatannya bersifat rohaniah dan selaras. Pikiran-pikiran tersebut menyangkal setiap saran tentang gangguan serta ketidakselarasan dengan pemahaman bahwa manusia mencakup pengertian yang benar akan kegiatan yang selalu tidak terhalang dan selaras, karena diperintahi Allah. Pikiran-pikiran malaikat itu selalu mencerahkan dan menyadarkan kita bahwa suplai kita tidak berbatas dan kita selalu mempunyai kesempatan baru.

Setelah memberikan Sepuluh Firman, “berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah menyaksikan, bahwa Aku berbicara dengan kamu dari langit’” (Kel 20:22). Mendengarkan firman Allah menjadikan kita mampu menghadapi situasi yang sulit dari sudut pandang keselarasan serta kesempurnaan yang sudah tersedia sekarang juga. Selanjutnya Kitab Suci menyatakan (Kel 20:24), “Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau.” Setiap kali kita berada di tempat suci pikiran yang hening, saat sifat Allah yang sempurna dan manusia dalam keserupaanNya dinyatakan kepada kesadaran kita, kehadiran Allah akan menjadi sesuatu yang sejati bagi kita, akan datang kepada kita serta memberkati kita.

Kita harus selalu menuntut laporan yang benar dari surga. Laporan budi fana tidak dapat merubah kesejatian barang sedikit pun, tetapi suara dari surga, keselarasan, jika kita terima, akan membungkam laporan budi fana dan menggantinya dengan fakta rohaniah. Marilah kita bersyukur bahwa dalam Ilmupengetahuan tentang Kekristenan, wahyu dan pembuktian adalah satu. Kita dapat percaya bahwa pikiran-pikiran malaikat yang menunjukkan kesempurnaan manusia menjadikan kita mampu membuktikan hal ini, karena seperti tertulis dalam suatu nyanyian,

Lebih berkuasa firmanMu
Dari d’rita dan dosaku.
(Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 134). 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.