Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Membuktikan Kemahakuasaan Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Maret 2021

Aslinya diterbitkan di edisi September 1969 majalah The Christian Science Journal


Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan Ny. Eddy menulis: "Tidak ada kekuasaan lain daripada Allah. Kemahakuasaan mempunyai segala kekuasaan, dan mengakui kekuasaan lain yang mana juapun berarti tidak menghormati Allah” (hlm. 228). Beberapa orang mungkin merasa bahwa ini adalah pernyataan yang berani dan sulit dibuktikan ketika semua kesaksian di depan mata kita bertentangan dengan apa yang baik, dan suatu keadaan seakan tidak memiliki harapan. Bagaimana kita membuktikan bahwa tidak ada kekuasaan lain daripada Allah? 

Banyaknya bukti yang sangat kuat akan kuasa Allah, kebaikan, atas kejahatan, seperti dikisahkan dalam Alkitab, pertama menunjukkan kepada kita bahwa Allah adalah mahakuasa; dan yang kedua, semua itu memberi kita keberanian dan ilham untuk ingin membuktikan kuasa ini bagi diri kita sendiri.   

Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan bahwa ada hukum Kasih yang tidak kelihatan dan mahakuasa, yang memerintahi seluruh alam semesta, termasuk manusia. Tetapi agar dapat memanfaatkan hukum ini, kita harus membuka pikiran kita kepada kehadirannya dan bersedia menyesuaikan pemikiran serta tindakan kita sehingga tunduk kepada peraturannya. Dengan demikian kita mengalami pemerintahan hukum ilahi. Hal ini dengan sendirinya mulai meniadakan setiap kejahatan yang seakan sejati. Kuasa Allah, sekali dipahami, dengan tuntas meniadakan bentuk kesesatan apa pun; namun hal itu begitu lembut sehingga kalau kita berpaling kepadanya dengan wajar kita mengalami keselarasan. 

Situasi yang tidak baik timbul dari kepercayaan bahwa kehidupan kita terkungkung dalam tubuh kebendaan yang mengendalikan kita, kepercayaan bahwa keadaan di luar diri kita sendiri menentukan apakah tubuh kita sakit atau sehat, apakah kita gagal atau maju dalam bisnis kita, dan dari kepercayaan bahwa kehidupan kita berfluktuasi sesuai situasi sehari-hari selaras atau tidak selaras. Ilmupengetahuan Kristen mengajar kita bagaimana membetulkan kepercayaan-kepercayaan palsu ini. 

Agar selaras dan dengan demikian membuktikan kemahakuasaan Allah, menuntut perubahan pikiran; hal itu menuntut kita untuk bersedia melepaskan suatu penanggapan akan kefanaan, untuk mengangkat pikiran kita kepada suasana yang lebih luhur dan bersifat rohaniah, untuk melihat diri kita sendiri dan orang lain sebagaimana diciptakan Allah; dengan perkataan lain, untuk melihat ciptaan Allah. Misalnya, melihat diri kita sendiri sebagai manusia fana, dengan atau tanpa masalah, tidak akan menyembuhkan, tetapi melihat diri kita sendiri sebagai gambar Allah, bersifat rohaniah, sempurna, dan merdeka, karena itu menyatakan semua sifat Allah, benar-benar menyembuhkan. 

Manusia bukanlah tubuh kebendaan yang mengandung suatu budi; wujud manusia itu sendiri ada di dalam Allah. Manusia hidup karena Hidup adalah Allah dan Hidup ini dicerminkan oleh manusia. Kita tidak membuktikan bahwa hal ini benar melalui suatu proses jasmaniah melainkan melalui perohanian pikiran kita. Apa yang kita terima dalam kesadaran menentukan keselarasan kita. Inilah sebabnya perubahan pikiran, bukan perubahan keadaan atau tempat, diperlukan sebelum kesembuhan dapat diperoleh.  

Kita harus melepaskan pemahaman yang keliru tentang keakuan dan semua kesesatan yang menyertai keakuan palsu ini; kita harus dengan lembut membiarkan Budi, satu-satunya kecerdasan, untuk mengambil alih pemikiran kita. Ny. Eddy mengatakan, “Pengertian, bahwa Ego adalah Budi dan bahwa hanya ada satu Budi atau kecerdasan, dengan segera mulai memusnahkan kesesatan penanggapan fana dan menggantinya dengan kebenaran penanggapan baka” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 216).  

Yesus Kristus mengakui bahwa dari dirinya sendiri dia tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi Bapalah yang melakukan pekerjaan itu. Kalau kita melakukan hal ini kita merasakan kehadiran Sang Bapa, Kasih; dan kuasa Allah pun menjadi nyata. Pekerjaan kita sehari-hari dan setiap jam adalah menyadari bahwa hanya ada satu kekuasaan, satu Allah, satu Budi, yang dimanifestasikan di mana-mana dan adalah satu-satunya yang ada. Haruslah diingat bahwa karena Allah mahakuasa maka di mana saja tidak bisa ada kekurangan akan kuasa Allah.  

Kita tidak pernah perlu tunduk kepada apa pun yang sesat, tetapi kita harus menggunakan kewenangan kita yang dikaruniakan Allah dan menantang kejahatan, melihatnya sebagai dusta karena tidak berasal dari Allah. Kadang-kadang ini harus kita lakukan dengan sangat gigih, tetapi begitu kita menantang kesesatan dan melihatnya sebagai bukan sesuatu, maka kesesatan tidak dapat memiliki akibat dalam kehidupan kita.

Menyadari bahwa setiap kesaksian penanggapan jasmaniah adalah palsu merupakan langkah pertama dalam melenyapkannya. Ny. Eddy menyatakan, “Penanggapan badaniah menipu dan berdusta, dilanggarnya tiap-tiap hukum dari Kesepuluh Firman Hukum Taurat untuk memenuhi tuntutannya sendiri” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 489). Kita harus membalikkan setiap saran kesesatan dan menemukan dalam Kebenaran fakta yang merupakan kebalikan dari pikiran yang sesat itu. Ini perlu dilakukan sampai kita demikian sadar akan Allah sehingga situasi yang tidak selaras itu hilang dari pandangan kita.   

Kalau kita terus-menerus meluhurkan pikiran kita kepada Allah, sementara itu mendengarkan bimbingan serta ilham yang diberikanNya dan kita melakukan hal ini sampai sadar akan kehadiranNya yang kudus, maka semua perasaan bahwa kitalah yang bertanggungjawab, akan hilang. Penanggapan fana lenyap, dan dengan rasa hormat dan penuh kasih kita sadar bahwa Allah sepenuhnya memegang kendali. Damai dirasakan, dan dengan kerendahan hati yang dalam kita sadar akan keselaluhadiran Allah. Kita bersedia untuk membiarkan kehendakNya jadi, dan kesembuhan pun terjadi.   

Penulis mempunyai pengalaman yang indah yang membuktikan fakta-fakta ini. Setelah dia dan putrinya mengendarai mobil mereka sepanjang pantai, mobil itu terjebak di dalam lumpur yang dalam. Mereka berada di tempat yang sangat sunyi, dan air pasang akan datang dan sampai di tempat mereka kira-kira dalam setengah jam. Situasi mereka terlihat gawat. Beberapa orang yang melihat keadaan mereka datang untuk membantu. Meskipun mereka berusaha menggunakan setiap cara yang diketahui untuk membebaskan mobil itu, semakin mereka mencoba, semakin kuat mobil itu terjebak.  

Guna membuktikan kuasa Allah untuk menolong, penulis harus berpegang sekuat tenaga kepada imannya, namun kepercayaan penulis tidak pernah goyah, dan dia terus berkata kepada orang-orang yang datang membantunya bahwa Allah akan membebaskan mobil tersebut. Saran yang sesat terus-menerus terdengar dalam komentar seperti: “Tidak ada gunanya; baru minggu lalu mobil penjual es krim terjebak dan tidak bisa diselamatkan; minggu sebelumnya ada dua mobil yang juga tidak bisa diselamatkan.” Setiap kali saran-saran yang jahat ini ditanggapi penulis dengan pernyataan Kebenaran, dan pikiran yang sesat tersebut dipahami sebagai tidak berkuasa dan tidak mampu memberikan akibat apa pun.  

Ketika air laut tinggal beberapa meter dari mobil itu, penulis membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dalam usahanya untuk dengan sekuat tenaga menjernihkan pikirannya dan bersatu dengan Allah. Dia berkata kepada diri sendiri untuk tidak menyalahkan putrinya yang telah tidak mematuhi perintahnya agar memutar mobilnya sebelum sampai di tempat itu. Lalu kesesatan berbisik bahwa dia pun sama salahnya, karena seharusnya dia lebih tegas terhadap putrinya. Tetapi saran ini juga dengan gigih disangkal, karena dia tahu Allah tidak pernah menyalahkan, maka dia pun tidak boleh menyalahkan. Dia bernalar bahwa Kasih hanya mengasihi; dan Kasih meliputi segala kegiatan. Pemahaman tentang Kasih yang meliputi semua ini menjadi sangat jelas baginya sehingga ketika dia melihat ke laut dia sadar bahwa laut itu tidak memiliki kuasa dari dirinya sendiri tetapi dikendalikan oleh Allah. Jika perlu, laut itu akan ditahan sampai mobilnya terbebas. Dia melihat bahwa tidak sesuatu pun yang menjadi haknya dapat diambil darinya. 

Semua perasaan bahwa dia bertanggungjawab saat itu telah lenyap, dan suatu perasaan sukacita yang menakjubkan menggantikan ketakutannya. Beberapa perkataan dari ayat Alkitab kesukaannya muncul dalam pikirannya. Kata-kata itu adalah, “Di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal” (Ulangan 33: 27). Suatu pemahaman yang dalam akan kuasa Allah menyelimutinya, dan dia sadar akan kehadiran Allah yang tidak terlihat tepat di sana. Saat itu dia sudah kembali ke mobilnya. Lalu muncullah seorang laki-laki yang sebelumnya tidak ada di sana. Dia minta semua orang untuk mengelilingi mobil itu, mengguncangnya, dan mengangkatnya. Meskipun hal itu sudah dilakukan berkali-kali sebelumnya tanpa hasil, kali ini mobil itu terbebas dari lumpur yang dalam, dan pada upaya yang ketiga bisa diangkat ke pasir yang datar. Lalu seseorang membawa mobil itu naik ke tempat yang aman.

Penulis sangat bersyukur kepada Allah dan sangat menyadari kehadiranNya sehingga dia tidak menyadari sesuatu yang lain. Beberapa saat kemudian, ketika bersama putrinya, dia terdorong untuk menoleh ke belakang, dan dia melihat laut, yang sebelumnya sangat tenang, tiba-tiba bergerak maju dengan kuat; ombak yang besar pun menutupi seluruh tempat di mana sebelumnya mereka berada. Kayu-kayu terapung yang sebelumnya mereka gunakan, dan yang menonjol lebih dari tiga puluh senti, saat itu sama sekali tertutup air. 

Kebesaran kesemestaan Allah tiba-tiba membuat keduanya takjub. Hal itu membuat mereka merasa sangat rendah hati di hadapan kehadiranNya, dan mereka menyadari dalam taraf yang jauh lebih besar, bahwa Allah benar-benar mengendalikan semuanya dan bahwa tidak ada yang bisa menghalang-halangi kuasa serta kehadiranNya. Penanggapan akan kuasa Allah ini meninggalkan baginya iman yang tidak pernah goyah kepada Allah.  

Tidak satu hal pun perlu menjadi bencana. Kita dapat menggunakan setiap kejadian sebagai kesempatan yang besar untuk naik lebih tinggi dan membuktikan bahwa kuasa Allah menang atas segala bentuk kejahatan.  

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.