Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kerendahan hati yang lebih besar menyembuhkan lutut yang sakit

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 30 Agustus 2022

Aslinya diterbitkan di edisi Mei 2022 majalah The Christian Science Journal


Tahun lalu, salah satu lutut saya mulai terasa sakit ketika saya berjalan. Rasanya tidak ada alasan untuk ketidaknyamanan tersebut, yang datang dan pergi. Kalau saya merasa sakit, saya akan menegaskan bahwa wujud saya bersifat rohaniah sebagaimana dipahami dalam Ilmupengetahuan Kristen, tetapi doa saya itu tidak terlalu spesifik.  

Pada akhir bulan Maret 2021, saya pergi ke rumah anak perempuan saya dan suaminya untuk menjaga anak laki-laki mereka yang berumur dua tahun sementara mereka bepergian akhir minggu itu. Dalam perjalanan, saya merasa sulit berjalan melalui area-area di bandara. Ketika tiba di rumah putri saya, saya memperhatikan betapa cepatnya cucu saya dapat berlari, dan saya sadar bahwa saya tidak akan bisa mengejarnya! Demi keamanan cucu saya, saya tahu bahwa saya harus segera menyembuhkan masalah lutut saya. 

Saya menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen guna mendapatkan bantuan doa untuk memperoleh kedamaian dan kesembuhan. Kami belajar secara mendalam, mulai dengan asal wujud saya sebagaimana ditemukan dalam Kitab Kejadian: “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita’” (1:26). Saya tahu bahwa sebagai gambar dan rupa Allah, saya menyatakan semua sifat-sifat-Nya, termasuk kesempurnaan. Kamus Webster 1828 mendefinisikan sempurna sebagai “selesai; lengkap; mutu yang setinggi-tingginya; tidak bercela. Saya menyadari bahwa sebagai ide Allah saya tidak bisa “bercela.” 

Mary Baker Eddy menulis: “Jika Allah adalah Asas manusia (dan memang betul demikian), maka manusia adalah ide Allah; dan ide ini tidak bisa gagal untuk menyatakan sifat Asasnya secara tepat, — sebagaimana kebaikan tidak bisa gagal menyatakan sifat baik” (Miscellaneous Writings 1883–1896, hlm. 78). Dan: “Kesempurnaan tidaklah dinyatakan dengan jalan ketidaksempurnaan” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 72). Ide-ide ini benar-benar mengena bagi saya. 

Dalam pembicaraan dengan penyembuh, terungkap bahwa saya memendam rasa tanggung jawab yang palsu terhadap cabang dari Gereja Kristus, Ahli Ilmupengetahuan, di mana saya menjadi anggota. Ini terasa sebagai beban, yang ingin sekali saya buang. Saya mulai menegaskan bahwa gereja itu diperintahi, dipelihara, dan didukung oleh Allah, bukan oleh orang.  

Dalam berupaya mendapatkan pandangan yang lebih rohaniah tentang lutut, saya mencari kata lutut di buku konkordansi Alkitab. Saya mendapati bahwa berlutut (sujud) mengisyaratkan menyembah Allah penuh kerendahan hati. Misalnya, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa dari Yesus Kristus Tuhan kita” (Efesus 3:14, menurut Alkitab Bahasa Inggris). Dan “Karena ada tertulis: ‘Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah’” (Roma 14:11). 

Sementara saya mengkaitkan ide tentang kerendahan hati dengan lutut, secara mental saya berlutut dalam doa dan rasa syukur. Dengan melakukan hal ini, saya mulai membuang rasa terbebani oleh cara pandang saya mengenai segala aspek tentang gereja. 

Selama akhir pekan itu, saya dapat mengikuti cucu saya, dan kami bersenang-senang bersama. Tetapi ketika saya bersiap-siap menuju bandara, tiba-tiba lutut saya terpelecok, dan putri saya dan saya mendengar suara seperti letupan yang keras. Saat itu lutut saya tidak bisa menopang berat badan saya, sedangkan saya harus ke  bandara dan lagi-lagi harus menyusuri area-area yang panjang. 

Saya harus mengandalkan pegawai bandara yang baik hati untuk mendorong saya dengan kursi roda dari gerbang yang satu ke gerbang lainnya dan menuju tempat pengambilan barang. Hal ini membuat saya benar-benar berpikir tentang kerendahan hati dan menyatakannya. Saya menegaskan bahwa adalah kuasa kebaikan, Allah, bukan diri saya, yang menggerakkan saya, dan saya bersyukur. 

Saya tiba di rumah, dan tetap sulit bagi saya untuk berjalan secara normal. Tetapi saya terus berdoa, dan terjadi kemajuan dalam pergerakan saya dan rasa sakitnya pun hilang. Dua minggu kemudian, ketika bepergian untuk menjenguk cucu-cucu saya yang lain, saya dapat melalui area-area di bandara tanpa bantuan. Saya dapat berjalan-jalan lama di pantai dan bahkan melompat-lompat di atas trampolin. 

Saya menjadi sadar, bahwa mobilitas adalah sifat Allah, bukan tergantung pada otot dan tulang. Rasa syukur dan sukacita saya menjadi lebih besar ketika saya berpikir tentang orang lumpuh yang disembuhkan Petrus: “Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah” (Kisah 3:8). 

Kesembuhan ini terus berkembang, dan seiring bertumbuhnya pemahaman saya tentang kerendahan hati, setiap pembatasan jasmani yang masih tersisa teratasi. Pada akhir musim panas semua pergerakan yang normal telah pulih. 

Saya sangat bersyukur mengetahui bahwa Allah-lah yang memerintahi setiap aspek dari tubuh dan gereja. Saya sangat bersyukur bahwa Allah telah menunjukkan jalan kepada saya, dan bahwa Ilmupengetahuan Kristen telah memberikan kepada saya sarananya, termasuk rasa percaya diri serta keyakinan untuk bersandar kepada Allah. Saya juga bersyukur untuk para penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, untuk gereja yang didirikan dan dibangun Allah, dan untuk bisa merasakan bahwa “Kasih ada di sisiku” (Minny M. H. Ayers, Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 139).

Sedangkan mengenai pekerjaan saya di gereja, saya masih melayani, tetapi saya membiarkan Allah—alih-alih diri saya sendiri—membimbing pekerjaan itu. Hal ini telah meluhurkan pengalaman saya sebagai anggota gereja cabang. 

Cynthia Deupree
Charlottesville, Virginia, AS

Kesaksian di atas tidak menggambarkan dengan cukup rinci betapa tuntasnya kesembuhan tersebut. Terakhir kali saya melihat ibu saya, beliau berlari berkejar-kejaran dengan anak laki-laki saya. Anak saya cukup berat tetapi dia dapat berlari dengan cepat. Ibu mengangkatnya naik turun tangga, berlari sekeliling halaman, dan bermain di lantai, dengan mainannya. Lutut beliau tidak pernah lagi menyulitkan atau terasa sakit. Ini sungguh luar biasa. 

MADELEINE BANTA
Houston, Texas, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.