Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Persendian yang bengkak dan nyeri sembuh

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 13 Februari 2019

Aslinya diterbitkan di edisi Januari 2019 majalah The Christian Science Journal


Pada suatu pagi saya bangun dengan rasa tidak nyaman yang hebat di satu lengan saya. Satu siku dan jari kaku dan bengkak, dan tidak berfungsi dengan semestinya. Lengan itu hampir tidak berguna saat saya berganti pakaian, dan saya tidak dapat mengangkat segelas air. Saya menyadari kepercayaan yang banyak dianut bahwa seiring berjalannya waktu kita mulai mengalami kemunduran dan kemampuan kita untuk melakukan berbagai kegiatan semakin berkurang. Tetapi melalui Ilmupengetahuan Kristen saya telah belajar bahwa Allah menciptakan manusia dalam gambar dan keserupaanNya, sepenuhnya bersifat rohaniah, menyatakan semua ciri yang sempurna, abadi, dan permanen dari sifat ilahiNya.  

Mengetahui hal ini, saya menolak untuk menerima keadaan yang menyakitkan itu sebagai sesuatu yang sejati, dan memulai doa saya dengan merenungkan ide-ide tentang manusia pada halaman 475 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy: “Manusia bukanlah zat; ia tidak tersusun dari otak, darah, tulang, dan anasir kebendaan yang lain.” Saya bernalar bahwa karena substansi bersifat rohaniah, tubuh tidak memiiki kuasa untuk membuat saya menderita—baik di siku, jari-jari, otot, atau pun persendian saya. Tidak ada penderitaan dalam ciptaan Allah, dan yang disebutkan sebagai budi fana tidak pernah dapat membalikkan fakta ini. Sebagai gambar dan keserupaan Allah, kita hanya dapat mencerminkan kebebasan serta kenyamanan yang sepenuhnya, tanpa dibatasi. Saran-saran budi fana menantang Kebenaran, tetapi tidak pernah dapat mempengaruhinya. Dan saran-saran ini tidak dapat membuat lapuk atau melemahkan kualitas dari hidup kita yang selalu memiliki tujuan, bebas, tidak berubah-ubah sebagai cerminan Allah. Allah, Ibu-bapa kita adalah satu-satunya sumber wujud kita. 

Saya berdoa demikian selama beberapa minggu. Ada kalanya saya begitu asyik merenungkan kebenaran-kebenaran ini sehingga untuk sementara saya tidak menyadari kesulitan fisik itu. Meskipun demikian, ketika keadaannya tidak berubah, ketakutan mulai memasuki pikiran saya. Tetapi walaupun penanggapan kebendaan seakan keras kepala dan bersikeras, saya terus mengetahui bahwa budi fana tidak memiliki kemampuan, hak, atau kuasa apa pun untuk mengatur kesejahteraan saya. Hanya pemikiran Budi ilahi-lah yang memerintahi kita, memberi kita kesehatan serta keselarasan yang langgeng. Tugas kita adalah terus-menerus mengakui kebenaran ini. 

Saya juga berpegang kepada bimbingan dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan ini: “Kita tidak dapat menyangkal, bahwa Hidup dipelihara oleh diriNya sendiri, dan seharusnya janganlah sekali-kali kita menyangkal keselarasan kekal pada Jiwa hanya karena bagi pancaindera fana ada ketidakselarasan rupanya” (hlm. 390). Kesempurnaan jati diri kita yang sebenarnya tidak tergantung pada waktu. Hal itu sudah tersedia sekarang, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Yohanes yang Pertama 3:2, “Sekarang kita adalah anak-anak Allah.” Demikianlah saya bersukacita di dalam kesempurnaan saya tanpa peduli apa yang seakan terjadi. Dalam berbagai penyembuhan yang dilakukannya, Yesus melihat kesesatannya, kepercayaan yang keliru, dan kemudian tidak memikirkannya. Dengan mengingat hal tersebut, saya berupaya untuk tidak membayangkan di dalam pikiran apa yang tidak ingin saya lihat dalam kehidupan saya. 

Suatu sore, sekitar dua bulan setelah semua ini mulai, tiba-tiba saya sadar bahwa semua hal sehubungan dengan lengan saya sudah kembali normal, baik dalam aktivitas maupun kondisi.  

Kemudian saya berbagi penyembuhan ini dalam suatu pertemuan kesaksian Rabu sore. Keesokan harinya, saya bangun dan mendapati bahwa jari-jari di tangan saya yang lain mengalami kondisi serupa. Apakah kali ini saya terkecoh? Tidak mungkin! Di halaman 442 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dikatakan: “Suatu kepercayaan yang telah diperbaiki tidak dapat mundur kembali. Apabila Kristus mengubah suatu kepercayaan akan dosa atau penyakit menjadi suatu kepercayaan yang lebih baik, maka kepercayaan berubah menjadi pengertian rohaniah, dan lenyaplah dosa, penyakit, dan maut.” Saya tahu bahwa pekerjaan mendoa telah dilakukan, dan Kebenaran dibuktikan dengan meyakinkan, oleh karena itu tidak perlu mengulang pelajaran yang telah dipahami. Kali ini, penyembuhan hanya memerlukan waktu dua minggu alih-alih dua bulan, dan sudah selama sembilan tahun sejak hal itu terjadi keadaan tersebut tidak pernah kambuh. 

Kesembuhan ini mengajarkan kepada saya bahwa setiap doa yang menyatakan kebenaran tentang keselaluhadiran dan kemahakuasaan Allah membawa kesembuhan. Setiap kebenaran didukung seluruh kuasa Allah, ketika hal itu meluhurkan dan memurnikan pikiran dan mendorong kita maju dalam pengertian rohaniah kita.   

Kathie Walter
Chico, California, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.