Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Hukum ilahi: satu-satunya yang berkuasa

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 September 2010

Diterjemahkan dari majalah The Christian Science Journal, edisi Oktober 2007


Hukum! Kata ini menyiratkan kuasa Ilmupengetahuan ilahi. Ilmupengetahuan Kristen adalah hukum rohaniah yang dijadikan praktis. Ilmupengetahuan Kristen menyatakan konsep akan kekuatan ilahi, yang tidak dapat dilawan. Kuasa yang tidak ada habisnya mendukung hukum rohaniah. Hukum rohaniah adalah satu-satunya yang memiliki kuasa.

Seperti dinyatakan Ny. Eddy, “Hukum Allah tercakup dalam tiga kata, ‘Aku adalah Semua;’ dan hukum yang sempurna ini senantiasa hadir untuk menegur setiap pernyataan akan adanya hukum yang lain” (No and Yes, hlm. 30). Sungguh suatu pernyataan yang padat dan ringkas mengenai hukum—mengenai kemampuannya, maknanya, dan yang dilakukannya.

Hukum yang abadi mengatasi setiap perlawanan zat, baik perlawanan itu berasal dari hukum fisika, hukum agama, hukum kedokteran, hukum ekonomi, atau hukum lain jenis apa pun. Dan kita dapat selalu yakin mengenai kemahakuasaan hukum kebaikan—semua kebaikan—tersebut.

Sebagai orang yang sudah lama menjadi penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, saya banyak mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang. Anggaran yang ketat, kesehatan yang buruk, kesulitan-kesulitan bisnis, ketidakselarasan dalam kelompok—bahkan gejolak di gereja. Meskipun demikian kita selalu dapat bertanya kepada diri sendiri, Apakah hal-hal seperti itu diperbolehkan dalam hukum rohaniah—dalam hukum Kasih? Jika jawabannya Tidak maka kita telah mengambil langkah yang besar menuju kesembuhan dan penyesuaian.

Apa pun kesulitan yang kita hadapi, bagaimanapun bentuk kesulitan itu, Kebenaran ilmiah yang kita ketahui dengan sepenuh  hati  merupakan satu-satunya hukum yang berlaku atas keadaan tersebut—hukum yang membatalkan apa pun yang tidak benar. Kita bukan hanya berbicara secara dangkal tentang kepercayaan manusia atau tentang teori agama, sambil berharap cemas semoga yang terbaiklah yang terjadi. Alih-alih demikian, kita memanfaatkan hukum yang tidak berubah-rubah. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan tertulis, “Tidak ada penyakit, dosa, dan maut yang menyertai Hidup atau Kebenaran. Tidaklah ada hukum yang menunjangnya” (hlm. 196).

Hukum dan Kasih tidak dapat dipisahkan. Kasih dan Asas—keduanya sinonim untuk Allah—adalah satu. Sebenarnya, tidak pernah ada hukum yang tidak berperasaan atau tidak adil atau berat sebelah. Tidak ada hukum yang bersifat sementara atau tanpa kasih atau tidak peduli. Hukum yang sesungguhnya haruslah bersifat abadi dan mempertahankan dirinya sendiri—harus penuh kebajikan. Apa yang memberkati seseorang, memberkati setiap orang secara universal. Ini bukanlah pandangan yang semata-mata bersifat sentimental. Pandangan tersebut didukung oleh kuasa ilahi yang tidak bersifat perorangan—oleh Allah. Hal itu merupakan aspek dari kemahahadiran Allah.

Lalu bagaimana dengan perlawanan kita terhadap hukum Allah dari waktu ke waktu? Keengganan kita untuk taat?

Itulah kemauan-diri kita. Itulah arogansi dan kesadaran manusia fana! Tetapi hukum rohaniah yang otentik tidak dapat dilawan, selamanya. Dalam kesejatian yang mutlak, hukum ini tidak pernah dan tidak akan pernah dapat diragukan, atau ditolak. Karena sesungguhnya, tidak ada budi fana yang mempertanyakan hukum Allah, atau menolaknya, atau meragukannya, karena kesadaran ilahi adalah Semua!

Bagaimana  dengan doa kita setiap hari? Bukankah ini masalah secara sadar meletakkan diri kita di bawah hukum ilahi dan, sekonsisten mungkin tetap tinggal di sana? Tidak ada tempat yang lebih aman, tidak ada tempat yang lebih menyejahterakan. Letakkanlah diri Anda di bawah hukum kelimpahan yang tidak berhingga, hukum Kasih yang tidak berubah-ubah.

Dari saat ke saat, berusahalah agar tetap sadar akan apa yang menguasai Anda dan setiap orang. Dan ingatlah juga sisi yang lainnya—bahwa kita  tidak dikendalikan oleh zat atau keterbatasan, pembatasan atau ketidakadilan atau sikap berat sebelah. Karena sesungguhnya, setiap orang di antara kita tunduk kepada hukum-hukum Asas—kepada pemerintahan Kasih.

Dengan melakukan hal ini,  kita melakukan investasi yang sangat penting akan waktu. Karena saat kita memulai hari kita—kelihatannya kita dikelilingi hal-hal yang negatif dan bersifat khayal—keadaan fisik, kekurangan, dan perselisihan—ya, oleh semua penalaran yang melawan kebenaran Ilmupengetahuan ilahi. Apa yang dapat kita lakukan? Hendaknya setiap hari kita berusaha agar sekonsisten mungkin menjadi jelas bagi kita, bahwa hukum Allah bekerja di mana saja. Itulah substansi dari pengalaman yang dikaruniakan Allah kepada kita!

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.