Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Berdoalah bagi semua yang memegang tampuk kekuasaan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 7 Agustus 2018


Banyak orang merasa penting untuk berdoa bagi pemerintah dan kepemimpinan. Tetapi bagaimana kita melakukannya? Dan melihat besarnya serta kompleksitas isu-isu yang terkait, dapatkah kita benar-benar mengharapkan doa kita efektif? 

Ananias, pemeluk Kekristenan yang mula-mula di Damaskus, tentu menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini ketika Saulus dari Tarsus datang ke kotanya dengan “berkobar-kobar hati … untuk mengancam dan membunuh” para penganut agama yang baru itu (lihat Kisah 9:1–20). Imam Besar orang Yahudi  telah memberi Saulus kewenangan untuk menangkap dan memenjarakan mereka. 

Tidak diragukan Ananias dan orang Kristen lainnya berdoa guna mendapat perlindungan dan juga melakukan segala hal untuk menghindari Saulus. Kemudian Tuhan datang kepada Ananias dan berfirman, “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa.” Di sini, kata “Tuhan”  berarti Kristus, atau Kebenaran—pesan dari Allah kepada umat manusia. Allah memerintahkan Ananias untuk pergi dan menemui Saulus. 

Bisa dimaklumi bahwa Ananias tidak ingin melakukan hal itu. Ia berkata, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.” Tetapi Tuhan menjawab, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.”

Dengan patuh, Ananias pergi. Apa yang merubah pikirannya? Ia pasti telah melihat sekelumit, bahwa ada kuasa yang lebih tinggi dari pada kuasa keagamaan atau duniawi. Pesan Kristus menunjukkan kepadanya bahwa Allah memegang kendali, memerintah saat itu dan di mana pun juga.

Secara khusus, pesan itu menyampaikan kepada Ananias bahwa Allah memiliki kuasa bukan saja atasnya dan sesama orang Kristen, tetapi juga atas Saulus, dan Dia bekerja di dalam kehidupan Saulus dan merubah sifatnya. Sejarah, pendidikan agama, dan hubungan Saulus yang terjalin sejak lama tidak memiliki kuasa untuk mengikatnya kepada pandangan yang salah tentang Kebenaran dan Kasih ilahi. Kristus telah menunjukkan kepada Saulus bahwa ia telah melawan Allah, dan sekarang Kristus memanggil Ananias untuk melayani Saulus dan memulihkan penglihatannya, yang telah hilang dalam perjalanannya ke Damaskus. Pemahaman yang diilhami tentang kemahakuasaan Allah yang memerintahi semua dan memberkati semua pasti telah muncul di dalam pikiran Ananias, karena ketakutannya hilang dan ia pergi menemui Saulus. Ia pasti telah melihat sesuatu tentang kesemestaan Allah, kebaikan, di mana tidak ada tempat atau kuasa bagi kejahatan. 

Dengan mematuhi Allah, Ananias mendapati bahwa dirinya diselimuti kuasa. Ia berdoa bagi Saulus, dan Saulus menerima Roh Kudus—Saulus diangkat kepada pemahaman yang lebih luhur tentang Allah dan tentang Kristus—dan melihat kebenaran yang diamalkan dan diajarkan Yesus. Dengan nama Paulus, Saulus menyampaikan Kekristenan kepada banyak orang di wilayah Romawi-Yunani. Surat-suratnya masih mengilhami dan memberi pelajaran kepada kita saat ini. 

Bukan hanya Ananias dan Saulus yang berdoa. Orang-orang Kristen lainnya juga berdoa untuk menyampaikan Firman Allah kepada umat manusia, dan untuk perlindungan serta keberhasilan mereka sendiri selagi mereka mengikuti jalan Yesus. Mereka bahkan saling memberikan semangat agar mendoakan semua yang memegang tampuk kekuasaan. Dalam 1 Timotius dinyatakan, “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” (2:1, 2). Ini juga merupakan panggilan bagi kita sekarang.

Berdoa agar kita menjalani hidup dalam kedamaian bukan berarti berdoa untuk kedamaian semata-mata di mana perbuatan yang salah terus dibiarkan. Itu haruslah menjadi suatu panggilan untuk bersikap penuh kasih, tetapi tidak pasif, dan mendorong kita untuk menegakkan kemahakuasaan Kristus, Kebenaran, di mana kesesatan atau kejahatan sama sekali tidak memiliki kuasa.

Demikian pula, ini bukanlah suatu doa agar Tuhan membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan—suatu upaya untuk mengendalikan orang lain. Doa ialah berpihak kepada Allah penuh kerendahan hati dan mengakui bahwa tidak ada pihak atau kuasa atau Budi yang lain selain Allah. Ini berarti menyerah kepada pemahaman bahwa hanya Tuhanlah yang memerintah. Praying for all in authority is a prayer to see that all are under only one authority, that of Spirit.

Suatu ketika, Penemu Ilmupengetahuan Kristen, Mary Baker Eddy, menghadapi perkara hukum yang tidak adil. Menyadari bahwa ia perlu mengajarkan kepada beberapa muridnya bagaimana berdoa untuk kasus tersebut, ia berkata: “Anda jangan datang atas nama anda sendiri untuk berdoa, anda jangan mencoba untuk mengendalikan budi apa pun. Anda hanya datang dalam kekuatan ilahi dan mengetahui bahwa Allah akan memerintah dan memang memerintah, dan bahwa hipnotisme dan budi yang jahat tidak dapat mengendalikan dan memang tidak mengendalikan orang-orang atau pemerintah-pemerintah. Semua kuasa adalah Allah, kebaikan” (Mary Baker Eddy kepada “Watchers,” January 2, 1900; L02891, The Mary Baker Eddy Library; © The Mary Baker Eddy Collection).

Permintaan agar kita bersyukur untuk semua penguasa bukanlah suatu tuntutan agar kita bersyukur untuk mereka yang berkepribadian kuat, tidak peduli apakah mereka benar atau salah. Itu adalah bersyukur bahwa Allah, Budi ilahi, adalah satu-satunya kuasa. Apa yang kelihatannya memiliki kuasa di dunia ini—kekuasaan pribadi, posisi, kekayaan, atau koneksi politik—hanya memiliki kuasa yang sesungguhnya sebanding dengan hal tersebut menyatakan kuasa ilahi. Kita bersyukur bahwa Allah adalah kuasa yang satu dan satu-satunya, karena  Dia adalah Semua-dalam-semua.

Melangkah setapak lebih jauh dalam pemikiran ini, kita (setiap orang) seharusnya juga bersyukur memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah. Semua orang di antara kita, sebagai anak-anak Allah, yang diciptakan dalam keserupaanNya sendiri, mencerminkan kuasa serta kasih karunia Allah. Manusia fana (penanggapan kebendaan bahwa manusia mempunyai hidup dan budi terpisah dari Allah, kebaikan) tidak memiliki kuasa yang sesungguhnya. Kalau kita menanggalkan penanggapan kebendaan yang palsu dan mendapatkan penanggapan rohaniah akan Hidup, maka kita melihat kebenaran tentang manusia (laki-laki dan perempuan): Sebagai gambar dan keserupaan Allah, kita mencerminkan kuasa Budi ilahi dan bertindak sesuai hukumNya dan maksudNya yang kudus. 

Berdasarkan fakta-fakta rohaniah tentang Allah dan manusia ini, kita dapat dan seharusnya bersifat spesifik dalam doa kita bagi mereka yang memegang tampuk kekuasaan. Ny. Eddy menganjurkan para pengikutnya untuk berdoa bagi pemerintahan semua negara. Di buku Christian Science versus Pantheism, ia menulis: “Berdoalah untuk kemakmuran negara kita …; agar keadilan, rahmat, dan kedamaian terus mencirikan pemerintahannya, dan agar hal-hal tersebut memerintahi semua bangsa.” Secara lebih spesifik bagi Amerika Serikat—negara di mana Gereja Kristus, Ahli Ilmupengetahuan diorganisir, dan kebanyakan pengikutnya menetap—ia menambahkan: “Berdoalah agar kehadiran ilahi boleh tetap membimbing dan memberkati pimpinan tertinggi kita, mereka yang mendapat kepercayaan eksekutif darinya, dan lembaga yudikatif negara kita; berikan kepada konggres kita kearifan, dan tegakkanlah negara kita dengan tangan kanan kebenaranNya” (hlm. 14). Dalam doa kita bagi semua pemerintahan, kita dapat memohonkan hal-hal tersebut juga. 

Berdoa bagi kemakmuran negara mana pun di mana kita menetap adalah berdoa agar keadilan, rahmat, dan kedamaian mencirikan pemerintahannya. Ini bukan doa bagi kekayaan ekonomi atau dominasi bangsa. Keadilan, rahmat, dan kedamaian adalah dasar yang sesungguhnya dari kemakmuran perorangan maupun nasional. Suatu bangsa sukses sebanding para pejabat dan penduduknya menyatakan integritas moral.

Menegaskan bahwa Allah membimbing dan memberkati seorang presiden atau perdana menteri dan stafnya bukanlah berdoa agar Allah membantu mereka menjalankan rencana mereka, melainkan suatu pengakuan, bahwa dalam identitas mereka yang sesungguhnya sebagai pernyataan Allah, mereka mendengar, menanggapi, dan mengikuti bimbingan bijak dari Kebenaran dan Kasih ilahi. Doa kita dapat membantu menghilangkan ketidaktahuan, ketakutan, dan keraguan yang mengeruhkan pikiran insani, dengan demikian membantu membuka jalan bagi mereka yang ada di pemerintahan untuk menanggapi bimbingan Allah.

Kita berdoa agar Allah memberi kearifan kepada konggres atau parlemen (dan semua cabang pemerintahan). Kearifan yang diberikan Allah adalah kemampuan untuk membedakan tujuan yang mementingkan diri sendiri dan yang tidak mementingkan diri sendiri, dan antara  kegiatan yang benar dan yang salah. Hal itu menjadikan kita mampu untuk memilih yang benar. Doa yang mengakui bahwa Budi ilahi memberikan kearifan ini kepada semua orang tanpa memihak, membantu setiap orang mendengar petunjukNya dan mengikuti bimbinganNya.

Tujuan doa seperti itu adalah menegakkan berbagai pemerintahan kita dengan tangan kanan kebenaran Allah. Di dalam Alkitab, tangan sering digunakan sebagai simbol kekuasaan atau kewenangan rohaniah, jadi berdoa seperti itu berarti menyadari bahwa Allah menegakkan semua di dalam kuasa pemikiran yang benar, kegiatan yang benar, dan hasil yang benar.

Doa bagi semua yang memegang tampuk kekuasaan melihat melampaui gambaran fana tentang pemerintah sebagai manusia fana yang berebut kekuasaan dan bertengkar tentang idealisme. Doa seperti itu mengangkat pikiran untuk melihat fakta rohaniah bahwa Allah, kebaikan, memerintahi alam semesta serta manusia. Peperangan yang kita hadapi bukanlah antara pribadi-pribadi; melainkan antara Kebenaran dan kesesatan, antara Roh dan zat. Berdirilah kokoh, dengan pemahaman yang diberikan Ilmupengetahuan Kristen, bahwa Allah, Roh, adalah mahakuasa dan bahwa penanggapan kebendaan yang palsu akan kekuasaan atau budi yang terpisah dari Allah tidak memiliki kebenaran atau substansi. Berdoa bagi semua yang memegang tampuk pemerintahan adalah berdoa untuk melihat bahwa semua ada di bawah satu kekuasaan saja, yaitu kekuasaan Roh. Itu adalah melihat bahwa Kristus hadir untuk membimbing serta memberkati setiap orang.

Melalui doa kita untuk semua yang memegang tampuk pemerintahan atas diri kita, kita dapat siap, seperti Ananias, untuk mengikuti bimbingan Kristus dan memberkati bahkan orang-orang yang pandangannya seakan berseberangan dengan apa yang baik dan memberkati semua. Asas ilahi yang sama yang bekerja untuk membebaskan Saulus dan melindungi Ananias juga bekerja saat ini. Kita dapat bersyukur bahwa semua benar-benar ada di bawah pemerintahan ilahi Allah—dan bahwa hal ini dapat dibuktikan. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.