Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Roh Kudus: menghapus sikap sinis, mendorong kita memanjatkan pujian

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 10 Juli 2017

Aslinya diterbitkan di edisi Juli 1994 majalah The Christian Science Journal


Suatu saat ketika saya merasa jauh dari Allah, ketika gaya hidup saya tidak terlalu mengikuti kerohanian, saya ingin sekali pergi ke gereja. Saya telah dibesarkan sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen, tetapi pada waktu kuliah saya merasa agak enggan mempelajari Pelajaran Alkitab maupun pergi ke gereja. Terkadang saya benar-benar bersikap sinis terhadap apa yang saya anggap sebagai perangkap dari agama yang terorganisir. Tetapi pada hari itu, di kota dan negara yang jauh dari rumah, saya ingin sekali merasakan kehadiran Allah.

Ketika tiba di gereja, tepat sebelum nyanyian pertama dimulai, seorang pria yang berdiri sederetan dengan saya menarik perhatian saya. Ia bernyanyi dengan sukacita, pujian, dan rasa syukur yang begitu tulus, sehingga saya harus berusaha keras untuk tidak berdiri saja di sana dan memandangnya. Pernyataan pujian dan kasihnya demikian mudah saya pahami—dengan cara yang terasa relevan. Tidak ada yang bersifat ritual atau tidak bernyawa tentang agamanya. Kasih dan sukacita yang dinyatakannya sangat terasa. Bagi saya jelas sekali bahwa komunikasi pria tersebut dengan Allah tidak bergantung pada keberadaannya di gereja tersebut atau pada jemaatnya; pria itu sadar akan, dan tanggap pada keselaluhadiran kasih Allah. Wajahnya bersinar dengan pemahaman akan hal tersebut.

Hari itu saya melihat sekelumit tentang apa yang selama ini saya dambakan: roh yang sesungguhnya dari Gereja, kehadiran Allah yang hidup dan memberi daya hidup. Hal itu membuat saya sadar bahwa adalah penting untuk lebih mengikuti dambaan batin serta naluri rohaniah saya. Hal itu membuat saya ingin meninggalkan sikap sinis saya terhadap agama yang terorganisir. Saya mulai mengerti bahwa ilham yang saya peroleh (di gereja atau dalam kehidupan sehari-hari) bergantung kepada komunikasi saya dengan Allah, bukan pada orang lain.

Pada tahun-tahun berikutnya hidup saya mengalami banyak perubahan manakala saya bersedia mempelajari Alkitab dan karya tulis Ny. Eddy. Saya mengalami kesembuhan dari depresi, kekhawatiran, dan kehilangan ilham untuk menulis. Saya menemukan sukacita dan kebebasan dengan mengenal Allah.

Dalam kilas balik, saya menyadari bahwa hari itu saya tidak pergi ke gereja untuk mendapatkan sesuatu yang belum saya miliki. Saya ke gereja karena saya didorong oleh Allah, oleh Penghibur yang dikirimNya, untuk menemukan dan memahami kerohanian, kebebasan, dan kuasa yang sudah ada di dalam diri saya sebagai anak Allah. Alkitab menunjukkan sifat rohaniah manusia, yang adalah keserupaan Allah yang sebenarnya; dan Yesus Kristus mengajarkan dan membuktikan apa arti sesungguhnya menjadi anak Allah. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Ny. Eddy, kita baca, “Yesus memberi bukti tentang Kristus; ia membuktikan, bahwa Kristus adalah ide ilahi akan Allah — Roh Kudus, atau Penghibur, yang menyatakan Asas ilahi, Kasih, dan membimbing ke dalam semua kebenaran” (hlm. 332). Ilmupengetahuan dan Kesehatan menyampaikan seluruh wahyu tentang Penghibur ini. Buku ini menjelaskan secara ilmiah bagaimana hukum-hukum Allah, kegiatan KristusNya, dan kuasa Roh Kudus bekerja dalam pengalaman insani. Buku itu menunjukkan betapa wajar bagi setiap orang di antara kita untuk menemukan kebaikan kita yang dikaruniakan Allah, dan bagaimana pemahaman tentang sifat kita yang sebenarnya meluhurkan, menyembuhkan, dan memperbaharui.

Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, Ny. Eddy mendefinisikan Roh Kudus sebagai “Ilmupengetahuan ilahi; perkembangan akan Hidup, Kebenaran, serta Kasih yang abadi” (hlm. 588). Alkitab penuh dengan rujukan kepada Roh Kudus yang menggambarkan pengembangan dan penjelasan tentang kebenaran Allah dalam pengalaman insani.

Pada hari Pentakosta para murid berkumpul di satu tempat dan mereka sehati sepikir. Keraguan mereka tentang misi Yesus dan ketidakpastian mereka tentang kelanjutan tujuan mereka sendiri, akhirnya dibungkam oleh kemuliaan kebangkitan Yesus serta kenaikannya ke surga. Mereka telah maju melampaui penafsiran yang terbatas akan kata-kata serta karya Yesus kepada pewahyuan rohaniah akan kuasa serta kebaikan Allah yang tersedia sekarang juga. Tentang para murid itu dikisahkan “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis. 2:4). Setiap orang mendengar pesan yang diberikan dalam bahasa yang mereka pahami. Hari itu, kehidupan sekitar tiga ribu orang tersentuh dan diperbaharui.

Saya sering bertanya-tanya tentang Roh Kudus. Pengalaman para murid di hari Pentakosta selalu terasa menakjubkan, dramatis, dan agak jauh dari jangkauan saya. Kedatangan saya di gereja yang saya ceritakan sebelumnya telah membantu saya melihat dalam taraf yang lebih sederhana bahwa Penghibur yang diutus Allah berbicara kepada setiap orang di antara kita setiap saat.

Para murid itu bukan hanya tiba-tiba, dan secara kebetulan bertemu dengan Roh Kudus. Tahun-tahun yang mereka habiskan dengan mengikuti Yesus penuh dengan usaha keras dari setiap orang di antara mereka; mereka harus belajar dari pengalaman bagaimana mempraktekkan apa yang telah diajarkan kepada mereka; mereka harus belajar bagaimana lebih menyadari kehadiran Kristus dan kemudian menanggapi pengembangan yang wajar akan kerohaniahan di dalam hidup mereka.

Demikian pula dengan saya, semua perasaan mendua dan sinis terhadap agama yang terorganisir sirna saat saya lebih menyadari hubungan individual saya dengan Allah. Harapan yang diilhami dengan menyaksikan pernyataan ibadah rohani seseorang secara tulus, membantu saya maju melampaui kritik terhadap apa yang saya anggap kemunafikan serta kemandegan di gereja-gereja. Sekarang saya ingin mengenal Allah dengan lebih baik; saya ingin berbagi dengan orang lain sukacita serta kuasa dari pemahaman saya yang bertumbuh; dan saya ingin agar hidup saya bersinar dengan substansi Gereja yang sesungguhnya. Hanya dengan cara ini saya dapat berharap melihat perubahan dan penyembuhan.

Jadi meskipun menjadi anggota gereja bukan berarti tanpa tantangan, hal itu merupakan kesempatan yang luar biasa untuk tumbuh secara rohaniah. Menjadi anggota gereja bukanlah yang memberi kita keselamatan. Gereja Pertama Kristus, Ahli Ilmupengetahuan, ada untuk memelihara kemurnian ajarannya, dan untuk mendukung serta mendorong kemajuan serta kesembuhan bagi seluruh umat manusia. Tujuan dasar ini mendukung kita, tapi apa yang kita lakukan dengan pengertian kita tentang ajaran Ilmupengetahuan Kristen, setiap hari, setiap saat, itulah yang mendatangkan perbedaan.

Di dalam lubuk hati kita yang terdalam ada penolakan untuk bersikap sinis dan putus asa. Adalah naluri kita untuk berharap, berusaha keras, maju, karena itulah manusia: pernyataan kebaikan Allah yang tidak berhingga, yang tidak dapat dihentikan dan dirusak. Penghibur mendorong kita untuk memanfaatkan sukacita, kemurnian, kesederhanaan, dan kasih yang tetap yang dikaruniakan Allah kepada kita. Selagi kita masing-masing menanggapi tuntutan Roh Kudus—Penghibur—maka kita menyaksikan hidup kita berkembang; gereja-gereja kita akan bergema dengan pujian kepada Allah; komunitas kita akan merasakan berkatnya.


Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.

1 Korintus 2:12, 13

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.